Menag: Santri Harus Berusaha dan Berdaya, Jangan minta Diistimewakan
Pada tahun 2015 lalu pemerintah telah mentapkan Hari Santri sebagai wujud penghargaan atas perjuangan para santri pendahulu dalam kiprahnya merebut dan mempertahankan kemredekaan bangsa Indonesia. Sebab, Hari Santri tidak terlepas dari Resolusi Jihad yang dikumandangkan Hadratus-syekh KH Hasyim Asy’ari agar para kiai dan santri ikut berjuang dalam memerdekakan negeri.
Ini harus diingat bersama, terutama oleh para santri, bahwa Hari Santri itu penghargaan dari negara kepada santri-santri pendahulu kita yang ikut berjuang memerdekaan NKRI. Kita sekarang mendapat bagian menikmati atas perjuangan para santri terdahulu. Karenanya, jangan enak-enakan, apalagi minta diistimewakan, itu tidak bisa. Kita semua, para santri harus berusaha dan berdaya.
Santri selama ini memang dikenal bisa menjadi apa saja. Santri bisa menjadi pengusaha, menteri, bahkan presiden. Sudah banyak contohnya, ada santri yang menjadi Presiden, yaitu KH Abdurrahman Wahid. Ada santri yang menjadi wakil presiden, yaitu KH Ma’ruf Amin. Bahkan, banyak santri yang menjadi menteri, polisi, TNI, pengusaha, dan profesi lainnya.
Untuk itu, para santri yang saat ini masih di pesantren, harus tetap dan terus tekun belajar dan mengaji. Santri juga harus selalu siap sedia menjaga bangsa dan negara, seperti dicontohkan pendahulunya. Siapa pun yang akan mengganggu kemerdekaan negeri yang dimerdekaan para kyai dan santri, para santri wajib berada pada garda terdepan untuk melawannya.
Selamat merayakan Hari Santri. Jadikan peringatan Hari Santri ini pengingat bagi kita semua bahwa perjuangan kita masih panjang. Negeri ini membutuhkan para santri.